Ayah nabi saw di surga
AYAH BAGINDA NABI SAW ATAU AYAH MEREKA YG ADA DI NERAKA.?
Mari belajar ogah bosan membaca :)
TENTANG AYAH BAGINDA NABI SAW.
Kita sering di risaukan dngn orang-orang yg lancang sekali memvonis ayah baginda nabi saw ahli neraka. Naudzubillahi min dzalik.
Secara logika kalau anda mempunyai orang tua,dan orang tua anda di bahas oleh orang lain yg mengaku cinta pada anda,di bahas bahwa orang tua anda adalah ahli neraka,yg belum tentu ayah anda adalah ahli neraka,apakah anda suka dngn mereka???
Jwbnya adalah tidak.
Begitu juga pembahasan kepada ayah nabi saw.
Yg mana hadis yg dibuat pedoman oleh mereka yg mengatakan ayah nabi ahli neraka adalah hadis aahad,yaitu hadis tunggal yg bertentangan dngn nash alqur'an dan hadis-haist banyak sohih lainnya.
Bahkan mereka berkata, buat apa kita kirim doa dan fatihah kepada ayah nabi dngn kata aba'ihi,padahal dia orang kafir dan ahli neraka. Na'udzubillah.
Mari kita kaji dalil tentang ayah baginda nabi saw di bawah ini.
Berikut ini kami akan jelaskan secara ilmiyyah dengan sejelas-jelasnya tentang permasalahan ini, dan hadits yang di gunakan hujjah untuk memvonis kedua orang tua Nabi Saw masuk neraka. Serta ucapan mayoritas ulama Ahlus sunnah wal jama'ah akan selamatnya kedua orang tua Nabi Saw dari neraka.
(HUJJAH PERTAMA) : Mereka mengatakan kedua orang tua Rasul Saw di neraka dengan berhujjah hadits Muslim berikut :
عن أنس أن رجلا قال: يا رسول الله، أين أبي؟ قال: في النار، فلما قفى دعاه، فقال: إن أبي وأباك في النارِ
Dari Anas bahwasanya seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah “Ya, Rasulullah, dimanakah ayahku?"
Rasulullah menjawab : “ Dia di neraka” .
Ketika orang tersebut hendak beranjak, Rasulullah memanggilnya seraya berkata:
“ sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka “
(HR Muslim).
Dan di dalam riwayat ahmad:
عن أنس قال: قال رجل للنبي صلى الله عليه وسلم: أين أبي؟ قال في النار. قال: فلما رأى ما في وجهه قال: إن أبي، وأباك في النار
Dari Anas bahwasanya seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah “Ya, Rasulullah, dimanakah ayahku?"
Rasulullah menjawab : “ Dia di neraka” .
Ketika nabi melihat rawut wajahnya,
nabi berkata:
“ sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka “
(HR ahmad).
- PENGERTIAN HADIST PERTAMA:
Memahami hadits atau kitab tanpa
merujuk pada pendapat ulama dan mencukupkan dengan pendapat sendiri, maka akan menjerumuskan pada kehancuran dan pertentangan mayoritas ulama.
Hadits tersebut walaupun disebutkan dalam shohih Muslim, bukan berarti boleh dibuat hujjah terlebih dalam hal I’tiqad / aqidah.
Kita harus meneliti terlebih dahulu hadits-hadits lain yang terkait dengannya, demikian pula dengan ayat Qurannya.
Banyak sekali hadits-hadits riwayat imam Muslim,
namun ditolak dan tidak dijadikan hujjah oleh
imam-imam madzhab, karena mereka melihat ada ‘illat di sana yang menyebabkan tidak layak/pas.
Namun sangat banyak hadits-hadits imam muslim yang digunakan imam-imam sebgai hujjah.
Para ulama Ahlus sunnah wal jama'ah mengatakan bahwa hadits Muslim di atas tersebut merupakan hadits Aahad yang matruk ad-Dhzahir.
Hadits Aahad jika bertentangan dengan nash Al-Quran, atau hadits mutawatir, atau kaidah-kaidah syari’at yang telah disepakati atau ijma’ yang kuat, maka dhzahir hadits tersebut ditinggalkan dan tidak boleh dibuat hujjah dalam hal aqidah.
Imam Nawawi berkata :
ومتى خالف خبر الأحاد نص القرأن او إجماعا وجب ترك ظاهره
“ Kapan saja hadits Ahad bertentangan dengan nash ayat Quran atau ijma’, maka wajib ditinggalkan dhzahirnya “
(Syarh Al-Muhadzdzab, juz :4 hal : 342).
Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Atsqalani berkata :
قال الكرماني : ليعلم انما هو اي خبر الأحاد في العمليات لا في الإعتقاد
“ Imam Al-Karamani berkata “ Ketahuilah
sesungguhnya hadits Aahad hanya boleh dibuat hujjah dalam hal amaliah bukan dalam hal aqidah“.
(Fath Al-Bari juz : 13 hal : 231).
Contoh simpel tentang pelarangan memakai hadist ahaad dalam aqidah yg bertentangan dengan nash atau hadist mutawatir.
seperti didalam Al Qur’an surat Al Lail menurut hadist mutawatir berbunyi:
وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى(١)وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى (٢)وَمَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَالْأُنْثَى(٣).
Nah ayat di atas itu mutawatir, jadi kalau ada hadist yg bertentangan dengan ayat di atas dalam baca'an di surah allail, maka wajib kita meninggalkannya. Walaupun ada di bukhori dan muslim sekalipun.
Nah contoh hadist ahad dalam surah allail ini, seperti hadist ahad yg di riwayatkan oleh imam muslim, sebegai berikut:
قَالَ سَمِعْتُهُ يَقْرَأُ: {وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى وَالذَّكَرِ وَالأُنْثَى}. قَالَ وَأَنَا وَاللَّهِ هَكَذَا سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَؤُهَاْ
"Aku ('al qomah) mendengar Abdullah membaca surah al-laili begini:
وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى وَالذَّكَرِ وَالأُنْثَى
Ia berkata: Demi Allah, begitulah aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam membacanya,"
(Shahih Muslim No.824-282).
Nah hadist ahaad imam muslim ini wajib kita tinggalkan dzohrinya, walaupun secara riwayat sohih.
Begitu juga kita ambil kesimpulan kepada hadist-hadist aahaad yg lain.
Hadits riwayat imam Muslim tersebut statusnya syadz.
Mengenai hadist imam muslim berikut detailnya:
الحاوي" 2/402، 444 -فلم يذكر "إن أبي وأباك في النار"، ولكن قال له: "إذا مررت بقبر كافر فبشره بالنار"، ومعمر أثبت من حيث الرواية من حماد بن سلمة، فإن حمادا تكلم في حفظه، ووقع في أحاديثه مناكير ذكروا أن ربيبه ابن أبي العوجاء دسها في كتبه
(مسند أحمد ط الرسالة).
Karena di dalam riwayat-riwayat lain yg lebih kuat, tidak memakai redaksi "ayahku dan ayahmu" tetap pake redaksi"sekiranya kamu melewati kuburan orang kafir, maka berilah kabar gembira dengan neraka"
Ma'mar menetapkan hammad dalam segi riwayat saja (tidak dalam redaksi hasidt).
sebab perawi hadits tersebut yang bernama Hammad diragukan hafalannya oleh para ulama ahli hadits.
Dalam hadits-hadits riwayatnya banyak kemungkaran, bahkan diketahui bahwa rabibnya (ibnu abi 'auja') telah membuat kerancuan dalam kitab-kitabnya dan Hammad tidak menghafal hadits-haditsnya (dengan benar) sehingga membuat kesamaran dalam haditsnya.
(Musnad ahmad Thob'ah Arrisalah 19/229 ms).
Di samping illat di atas, Juga hadist imam Muslim tersebut terlalu banyak bertentangan dengan nash alquran dan hadist lain.
Dan masih banyak hadits riwayat lainnya yang lebih kuat, seperti riwayat Ma’mar dari Anas:
جاء أعرابي إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال: يا رسول الله أين أبي قال في النار فقال: يا رسول الله فأين أبوك؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: حيثما مررت بقبر مشرك فبشره بالنار
(سنن ابن ماجة و مسند أحمد والطبرني)
“Sesungguhnya A’robi berkata kepada Rasulullah “ dimana ayahku ?.
Rasulullah menjawab : “ dia di neraka”,
si A’robi pun bertanya kembali “ dimana AyahMu ?. Rasulullah pun menawab “ sekiranya kamu melewati kuburan orang kafir, maka berilah kabar gembira dengan neraka".
(HR ibnu majah, ahmada, thabrony dll).
Riwayat di atas datang tanpa menyebutkan ayah Nabi di neraka.
Dan hadits syadz jika dari orang yang ghairu tsiqah (tidak terpercaya), maka hadits itu matruk dan tidak diterima. Sedangkan jika dari orang yang terpercaya, maka hukumnya tawaqquf (no coment) dan tidak boleh dibuat hujjah terlebih jika bertentangan dengan al-Quran dan hadits lainnya.
Keterangan :
Orang tua Nabi saw wafat sebelum Beliau (nabi saw) diutusnya sebagai rasul, berarti orang tua nabi termasuk ahli fithroh (millah ibrohim) yg hidup di masa fatroh (kosong dari nabi) yang selamat dari adzab (siksa).
seperti ini penjelasannya
Ayah nabi adalah ahli fitroh yg hidup di masa fatrah.
Ada istilah fatroh فترة (masa tidak ada nabi)
ada istilah fithroh فطرة (sebelum nabi saw/millah ibrohim)
kalau fatroh adalah masa di antara dua nabi (masa kosong dari nabi), tidak ada yg berdakwah dan pemberi peringatan dan kebenaran, dan tidak ada fatroh setelah di utusnya nabi muhammad saw.
Kalau fithroh di masa fatroh adalah fitrhor millah nabi ibrohim as (pengikut ajaran nabi ibrohim as).
kalau fitroh pada zaman sekarang adalah fithroh dini al islam (agama islam yg di bawa nabi muhammad saw/suci).
Seperti hadist ini penjelasannya:
لقول النبي صلى الله عليه وسلم: كل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه
sabda nabi saw:
setiap yg di lahirkan dia terlahir dalam keadaan fitroh/suci,maka orang tuanyalah yg menjadikan dia yahudi atau nasroni atau majusi. (HR bukhori).
Ulama berkata Yg benar bahwa fitroh itu adalah fitroh alloh swt, yg alloh swt anugrahkan buat kita, yaitu fitroh islam yg telah di berikan pada kita sekarang.
Hal sperti ini banyak sekali contoh kasusnya, di antaranya kasus status kematian anak-anak kaum kafir yang belum baligh (ia selamat dari siksa dan termasuk ahli surga),
Bayi itu di anggap ahli fitroh seperti kita.
Dalam sebagian hadits disebutkan bahwa anak-anak orang kafir yang meninggal dunia statusnya di akherat akan masuk neraka. Namun banyak hadits pula yang menyatakan bahwa mereka masuk surga.
Dan bahkan jumhur (mayoritas) ulama menshohihkannya.
di antaranya imam Nawawi, beliau berkata:
"Sesungguhnya hadits anak-anak kafir kelak masuk surga adalah pendapat yang shahih dan terpilih dan dipegang oleh kalangan ulama yang muhaqqiq,"
karena firman Allah Swt:
“dan Kami tidak akan mengadzab sebelum Kami mengutus seorang rasul.”
(Q.S Al Isra`: 15).
Seperti ini kutipannya imam nawawi dalam kitabnya:
(وقال) المحققون هم في الجنة وهو الصحيح المختار وقد أوضحته بدلائله
" ulama muhaqqiqun berpendapat bahwa bayi orang kafir di surga, ini pendapat yg soheh yg terpilih. Seperti yg sudah saya jelaskan dengan dalil-dalilnya.
(Majmuk syarh muhaddzab imam nawawi 5/72 ms).
imam suyuthi menyimpulkan begini:
"Jika orang yang baligh tidak akan disiksa sebab tidak sampainya dakwah, maka anak yang belum baligh lebih utama“
(At-Ta’dzhim wa al-Minnah, imam Suyuthi hal : 160)
Demikianlah, setiap hadits yang dhahirnya bertentangan dengan al-Quran, ijma’ atau hadits yang lebih kuat darinya, maka mengharuskan takwil atau ditinggalkan dhahirnya.
Dan kaidah ini merupakan kaidah yang telah disepakati oleh seluruh ulama.
1: BATAHAN PERTAMA MENGENAI HADIST AHAAD IMAM MUSLIM TERSEBUT.
HADIST MUSLIM ITU BERTENTANGAN DENGAN NASH ATAU HADIST YG MENJELASKAN AKAN KESELAMATAN AHLI FATROH/YG HIDUP DI MASA TANPA ADA NABI YG MEMBERI PERINGATAN.
Pertama:
bertentangan dengan ayat al-Quran berikut :
وما كنا معذبين حتى نبعث رسول.
“dan Kami tidak akan mengadzab sebelum Kami
mengutus seorang rasul.”(Q.S Al Isra`: 15).
Mayoritas ulama Ahlis sunnah wal jamaah menjelaskan dengan ayat ini bahwa Allah Swt tidak akan mengadzab sesorang pun sebelum diutusnya seorang Rasul sebagai penyampai kebenaran.
Mereka membantah keyakinan kaum Mu’tazilah yang selalu bepegang dengan akal yang berkeyakinan bahwa kaum di masa fatrah akan mendapat siksa dari Allah Swt.
Ibnu Jarir dan Ibnu Hatim meriwayatkan tafsir ayat tersebut dari Qatadah bahwa beliau berkata:
إن الله ليس بمعذب أحدا حتى يسبق إليه من الله خبر او تأتيه من الله بينة
“ Sesungguhnya Allah Swt tidak akan menyiksa seseorangpun hingga telah datang baginya berita atau petunjuk dari Allah Swt “.
Cucu dari Ibnu Al-Jauzi menghikayatkan kalam dari kakeknya :
قد قال تعالى وما كنا معذبين حتى نبعث رسول: والدعوة لم تبلغ أباه و أمه فما ذنبهما
“ Sekelompok ulama telah berkata “ Allah Swt
berfirman ; “dan Kami tidak akan mengadzab sebelum Kami mengutus seorang rasul.”.
Ayah dan ibunda Nabi Saw belum sampai dakwah pada mereka, lalu apa dosa keduanya.?".
(Orang cerdas berpikiran begini "kalau orang lain saja yg hidup di masa fatrah selamat dari siksa, apalagi dengan ayah dan ibu nabi saw yg juga hidup di masa fatrah".).
Kedua :
وما أهلكنا من قرية إلا لها منذرون
Kami tidak akan memusnahkan suatu daerah kecuali telah ada orang-orang yang telah memperingatkannya “.
(Asy-Syu’ara : 208).
Imam Nawawi pun berpendapat bahwa ahli fatrah yang tidak sampainya dakwah tidak akan mendapat siksa, sebgaimana penjelasan beliau dalam Syarh Shahih Muslim juga dalam syarh muhaddzab. ( baca: di atas).
Ketiga :
Mereka berpendapat bahwa telah sampai dakwah nabi Ibrahim pada kedua orangtua Rasul Saw sehingga mereka tidaklah dimaafkan akan kekafiran mereka sehingga layak sebagai ahli neraka.
Maka jawabannya : Pendapat ini pun juga terlalu terburu-buru. Bukankah Allah Swt sendiri telah berfirman :
(لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أُنْذِرَ آبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ)
"Agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai." (Yasin : 6).
Keempat :
لتنذر قوما ما أتاهم من نذير من قبلك لعلهم يهتدون
“ Agar kamu memperingatkan suatu kaum yang tidak ada seorang pemberi peringatan pun pada mereka sebelum kamu,
supaya mereka mendapat petunjuk “
(As-Sajdah: 3).
Kelima :
لتنذر قوما ما أتاهم من نذير من قبلك لعلهم يتذكرون
"Agar kamu memperingatkan suatu kaum yang
tidak ada seorang pemberi peringatan pun pada mereka sebelum kamu, supaya mereka sadar" (Al-Qashash: 46).
Keenam :
Juga bertentangan dengan hadits berikut :
Dari Abi Sa’id Al-Khudri Ra beliau berkata:
حديث أبي سعيد الخدري قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول الهالك في الفترة لم يأتني كتاب ولا رسول- ثم تلا- (وَلَوْ أَنَّا أَهْلَكْنَاهُمْ بِعَذَابٍ مِنْ قَبْلِهِ لَقَالُوا رَبَّنَا لَوْلَا أَرْسَلْتَ إِلَيْنَا رَسُولًا فَنَتَّبِعَ آيَاتِكَ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَذِلَّ وَنَخْزَىٰ)
[سورة طه 134]
تفسير القرطبي و زاد المسير في علم التفسير.
Nabi saw bersabda:
“ Yang celaka dari ahli fatrah berkata:
“ Wahai Tuhanku, sesungguhnya belum sampai padaku kitab dan seorang utusanmu “.
kemudian beliau membaca ayat:
“Dan sekiranya Kami binasakan mereka dengan suatu azab sebelum Al Quran itu (diturunkan), tentulah mereka berkata: "Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau sebelum kami menjadi hina dan rendah.?” (tafsir qurtuby. Isnadnya bagus).
Ketujuh :
(وَلَوْلَا أَنْ تُصِيبَهُمْ مُصِيبَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ فَيَقُولُوا رَبَّنَا لَوْلَا أَرْسَلْتَ إِلَيْنَا رَسُولًا فَنَتَّبِعَ آيَاتِكَ وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ)
[سورة القصص 47]
Dan agar mereka tidak mengatakan ketika azab menimpa mereka disebabkan apa yang mereka kerjakan: "Ya Tuhan kami, mengapa Engkau tidak mengutus seorang rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau dan jadilah kami termasuk orang-orang mukmin". (QS 28:47).
(Lihat tafsir thobry dll dalam ayat ini).
Bahwa ayat ini berpengertian kalau mereka yg sudah mendengar haq dari nabi sebelumnya, seperti bani israel, maka tak berlaku (tetap di siksa).
tapi kalau yg benar-benar tidak mendengar apa-apa tentang haq dari seorang rosul. maka termasuk ahli fatroh yg selamat.
Jadi kita paham, Bahwa hadist imam muslim itu (aahad di atas) sangat bertentangan dengan nash alquran.
Kedelapan :
(وَمَا آتَيْنَاهُمْ مِنْ كُتُبٍ يَدْرُسُونَهَا ۖ وَمَا أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمْ قَبْلَكَ مِنْ نَذِيرٍ)
[سورة سبأ 44]
"Dan Kami tidak pernah memberikan kepada mereka kitab-kitab yang mereka baca dan sekali-kali tidak pernah (pula) mengutus kepada mereka sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun". (QS 34:44).
Keterangan :
Ayat-ayat di atas sangat jelas menerangkan bahwa belum ada seorang utusan dari Allah swt yang memperingatkan umat sebelum Nabi Saw sebelum nabi di utus menjadi Rasul, Tak terkecuali kedua orangtua Nabi Saw.
Maka dengan ayat-ayat di atas jelas bahwa kedua orang tua Nabi Saw adalah AHLI FATRAH yang BELUM SAMPAI DAKWAH dari nabi sebelum nabi Muhammad Saw kepadanya.
Jika mereka masih ngotot dan mengatakan
“ Kedua orang tua Nabi Saw termasuk golongan ahli fatrah yang tidak sampai kepadanya dakwah namun ia merubah ajaran dan berbuat syirik.
Golongan ini tidaklah disebut sebagai ahlul-islam/ahlul iman, apalagi ahlu sunnah waljama'ah“.
Kita jawab : Dari mana anda tahu bahwa kedua
orangtua Nabi Saw telah merubah ajaran dan
berbuat syirik ?? adakah satu nash qoth’i saja yang menjelaskan hal itu secara jelas dan nyata ??
sehingga anda berani memukul palu dan
menetapkan hukum bahwa kedua orangtua Nabi
Saw telah berbuat dzolim dan syirik sehingga layak masuk neraka ??
Justru sebaliknya, banyak ayat al-Quran dan
Hadits yang menjelaskan bahwa mereka di atas agama datuknya Nabi Ibrahim As, seperti penjelasan di bawah ini.
2: BATAHAN KEDUA MENGENAI HADIST AHAAD IMAM MUSLIM TERSEBUT.
HADIST MUSLIM ITU BERTENTANGAN DENGAN NASH ATAU HADIST SOHIH YG MENJELASKAN BAHWA ORANG TUA NABI SAW AHLI FITROH/PENGIKUT MILLAH NABI IBROHIM/AHLI SUJUD KEPADA ALLAH SWT.
Pertama : Allah Swt berfirman :
(وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ)
[Surat Az-Zukhruf : 28]
"Dan (lbrahim a. s.) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu"
Tafsirnya :
Abd bin Humaid mentakhrij hadits dengan sanad
yang shahih dari Ibnu Abbas tentang tafsir :
وجعلها كلمة باقية في عقبه
قال لا إله إلا الله باقية في عقب إبراهيم
Ibnu Abbas berkata “ Kalimat Laa Ilaaha Illallah
terus berlanjut pada keturunan nabi Ibrahim “.
Abd bin Humaid, Ibnu Jarir dan Ibnu Al-Mundzir
juga mentakhrij hadits dari Mujahid tentang tafsir “Kalimatan Baqiyatan" bahwa beliau mengatakan:
"Yang dimaksud adalah kalimat Laa ilaaha illallah".
Ibnu Humaid juga berkata :
حدثنا يونس بن محمد , ثنا شيبان , عن قتادة , في قوله: {وجعلها كلمة باقية في عقبه} [الزخرف: 28] شهادة أن لا إله إلا الله والتوحيد لا يزال في ذرية من يقولها من بعده
(الأسمأ و الصفات للبيهقي)
“Telah menceritakan pada kami Yunus dari Syaiban dari Qotadah tentang firman Allah, "waja’alaha kalimatan baqiyan fi a’qibihi" bahwa beliau mengatakan: “ Yaitu syahadat Laa ilaaha
illallah, dan tauhid selalu di ucapkan oleh semua keturunan nabi Ibrahim as setelahnya (setelah wafatnya)". (Al-asma' wassifat 1/274 ms).
Abdur Razzaq juga meriwayatkan hadits yang
sama tentang penafsiran ayat tersebut dari
Mu’ammar dari Qotadah.
Demikian pula Ibnu Juraij menafsirkan hal yang sama.
Dari penjelasan di atas, mengisyaratkan
bahwasanya semua keturunan Nabi Ibrahim As
orang-orang yang mentauhidkan Allah Swt dan
bukan orang musyrik, lebih-lebih kedua orangtua Rasul Saw. Karena nabi Muhammad berasal dari keturunan Nabi Ismail As.
Kedua :
Ketika imam Sufyan bin Uyainah (salah seorang
imam Mujtahid dan termasuk guru imam Syafi’i)
ditanya “ Apakah ada seorang pun dari keturunan nabi Ismail yang menyembah berhala?.
Maka beliau menjawab:
الم تسمع قوله: (وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ)
Surat Ibrahim : 35
“ Tidak ada. Apakah kamu tidak mendengar firman Allah Swt “ Dan jauhkanlah aku dan keturunanku dari menyembah berhala “.
(Semoga kaum-kaum aneh ini "khowarij nawashib" mendengar. Amin). :)
Ketiga :
Allah Swt berfirman mengkisahkan doa nabi Ibrahim As:
(رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ)
[Surat Ibrahim : 40]
“ Ya Allah, jadikanlah aku dan dari keturunanku
orang yang mendirikan sholat “.
Ibnu Juraij menafsirkan :
فلن يزال من ذرية إبراهيم ناس على الفطرة اي يعبدون الله
(تفسير النسفي = مدارك التنزيل وحقائق التأويل-إبراهيم-40- صفحة -177)
“ Maka semua keturunan nabi ibrohim as, selalu hidup atas fithroh (millah ibrohim) yaitu menyembah Allah Swt “. (Tafsir al-nasafy 2/177 ms).
Keempat :
Pada saat perang Hunain, Nabi Saw pernah berseru dengan bangga kepada kaum kafir :
أنا النبي لا كذب * أنا ابن عبد المطلب
“ Aku seorang nabi yang tidak pernah berdusta #
Akulah keturunan Ibnu Abdil Muththallib “.
Lihat, bagaimana beliau berbangga dengan nasab pada kakeknya Abdil Muththalib.
Seandainya Muththalib kafir, maka Rasululullah Saw tidak akan berbangga seperti itu, apalagi intisab (mengakui nasab dengan bangga) pada orang kafir itu dilarang dan diancam neraka oleh Allah Swt.
Kelima :
Riwayat imam bukbori :
هو في ضحضاح من نار، ولولا أنا لكان في الدرك الأسفل من النار
(صحيح البخاري ومعجم الأوسط و المستدرك على الصحيحين للحاكم)
“Abu Thalib di bagian dasar api neraka, jika bukan karena aku (kebaikan dia pada nabi dan sebaliknya).
Maka dia akan berada di bagian paling bawah api neraka". (HR bukhori dll).
Seorang yg cerdas akan memahami arti sebenarnya hadist ini.
Hadits ini memberi pemahaman bahwa kedua orang tua Nabi Saw tidak di neraka.
sebab kedua orang tua Rasulullah Saw lah yang paling
dekat kedudukannya di sisi Rasul Saw dan paling besar udzurnya di sisi Allah Swt.
Keenam :
Imam Al-Baghawi, Asy-Syarbini dan semua ulama syafi'iyah, dan para ulama hanafiyyah juga malikiyyah dan yang lainnya dari para ulama Ahlus sunnah wal jama'ah berpendapat bahwa kelebihan (fudhulaat/air seni,darah, rambut dll) Nabi Saw hukumnya suci.
Diriwayatkan oleh imam Daru Quthni dan beliau
menshahihkannya, bahwasanya Ummu Aiman
pernah meminum air seni Rasulullah Saw (kisah ini panjang, minum air seni disini juga tidak sengaja/ummu aiman salah paham, baca hadis lengkapnya)
kemudian beliau bersabda :
لن يلج النار بطنك
(المستدرك على الصحيحين للحاكم والمجموع على شرح المهذب ومعجم الكبير لطبراني)
Perutmu tidak akan disentuh api neraka “.
(Majmuk syar muhaddzab imam nawawi, hakim, tabrany dll).
Hadist ini di nyatakan soheh dalam madzhab asyafi'i dan lainya.
Jika mereka berdalih bahwa ulama mereka mengatakan hadist ini dhoif, jawabannya simple, "bahwa ulama mereka berbeda dengan ulama ahli sunnah waljama'ah dalam memahami hadist dan memutuskan hadist, lebih-lebih yg baru saja meninggal". :)
Dari hadits itu menunjukkan bahwasanya
kelebihan dari perut nabi seperti air seni atau
darah beliau Saw dan semacamanya, bisa menyelamatkan orang dari neraka.
Lantas bagiaman dengan kdeua orangtua Rasul Saw yang darah daging beliau Saw berasal darinya ??
Ketujuh :
bertentangan dengan hadits berikut :
لم ازل انقل من اصلاب الطاهرين إلى ارحام الطاهرات
(رواه ﺃﺑﻮ ﻧﻌﻴﻢ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ)
“Aku selalu berpindah dari sulbi-sulbi laki-laki
yang suci menuju rahim-rahim perempuan yang suci pula”. (tafsir al-munir azzuhaily, 19/239 ms. Banyak ahli tafsir mengutip ini).
Keterangan :
Dalam hadits ini Rasulullah menyatakan bahwa kakek dan nenek moyang Beliau adalah orang-orang yang suci, ini menunjukkan bahwa mereka bukanlah orang-orang musyrik, karena jelas orang-orag musyrik telah dinyatakan najis dalam firman Allah Swt :
يأيها الذين امنوا انما المشركون نجس
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya
orang-orang yang musyrik itu najis”
(At-Taubah : 28).
Sangat mustahil seorang nabi lahir dari seorang yg musyrik. (orang bani isarel biasanya yg mengatakan ini).
Penjelasan di atas sangat persis sekali dengan keterangan syeh abil hayyan al-andalusy yg beliau jabarkan dalam tafsirnya, bahrul muhith:
وبقوله عليه الصلاة والسلام: «لم أزل أنقل من أصلاب الطاهرين إلى أرحام الطاهرات، وكل من كان كافرا فهو نجس لقوله تعالى: إنماالمشركون نجس.
(البحر المحيط في التفسير-سورة الشعراء-[سورة الشعراء (26) : الآيات 105 إلى 227]- صفحة -198)
Penjelasan dan Artinya ini sudah saya jelaskan di atasnya. (Karena sangar persis, lain kitab).
(Tafsir bahrul-muhith dalam tafsirnya QS:26:105 hal:198 ms).
Kedelapan :
Maka wajib bagi kita untuk mengimani bahwa tak ada seorang pun dari nenek moyang Rasul Saw yang musyrik.
Bahkan pemahaman (aqidah ini) sudah di tegaskan oleh ayat:
الذي يراك حين تقوم,وتقلبك في الساجدين
"Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk
sembahyang), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud “.
(Q.S. As-Syu’ara’ : 218-219).
Para ahli tafsir mentafsirkan ayat di atas sebagai berikut:
قال ابن عباس في قوله تعالى: وتقلبك في الساجدين أي تنقله وسلالته في أصلاب الآباء: آدم ونوح وإبراهيم حتى أخرجه نبيا
Ibnu abbas ra berkata mengenai firman allah:
وتقلبك في الساجدين
(perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud ). (QS:26:218).
adalah perpindahan cahaya Nabi dari (nasab) sulbi seorang ayah-ayah ahli sujud (muslim) ke ahli sujud lainnya, dari nabi adam, nuh, ibrohim, as. sampai dilahirkan (nabi saw) sebagai seorang nabi.
(tafsir al-munir azzuhaily, 19/239 ms).
Sehingga Imam Alusi dalam tafsir Ruhul Ma`ani ketika
berbicara mengenai ayat tersebut, beliau berkata :
واستدل بالأية على إيمان أبويه صلى الله عليه وسلم كما ذهب إليه كثير من أجلة أهل السنة,ونا أحشى الكفر على من يقول فيهما رضي الله عنهما
“Aku menjadikan ayat ini sebagai dalil atas keimanan kedua orang tua Nabi sebagaimana yang dinyatakan oleh banyak daripada tokoh-tokoh ahlus sunnah.
Dan aku khawatir kufurnya orang yang mengatakan kekafiran keduanya, semoga Allah meridhai kedua orang tua Nabi…”
(Ruh Al-Ma’ani : 19/138). Amin.
Keterangan:
Jadi sangat Tampak dari semua penjelasan di atas bahwa kedua orangtua Nabi Muhammad Saw termasuk ahli fithroh (millah ibrohim) yg hidup di masa fatrah dan tidak selamat dari neraka.
Dan tampaklah semua dalil yang mereka buat hujjah
untuk memvonis kedua orangtua Nabi Saw di
neraka sangatlah lemah dan bertentangan dengan ayat-ayat al-Quran dan Hadits-hadits yang lebih kuat (di atas sudah sangat jelas semua).
Jadi Tak sepantasnya mereka bersih keras mengatakan kedua orang tua Rasul Saw di neraka apalagi memvonisnya.
Para ulama kalau tidak menyatakan ahli surga, maka tawaqquf dalam masalah ini, mereka tak berani mengatakan kedua orangtua Rasul Saw di neraka.
Apalagi yg hanya bagi mereka yg ikut-ikutan, lisannya diam itu lebih baik dan lebih selamat untuk mereka.
- PENGERTIAN HADIST KEDUA.
Hadits riwayat imam Muslim tersebut (hadist ahaad dan syadz) masuk kategoeri ihtimal / memungkinkan makna lain (imma wa imma).
Jika ada hadits yang memungkinkan banyak
makna lainnya, maka tidak bisa dijadikan hujjah
terlebih dalam masalah aqidah.
Hadits Muslim tersebut mengandung dua makna ihtimal.
Ihtimal pertama:
Ada kemungkinan nabi saw menjawab begitu karena takut kecewa dengan jawaban nabi saw, karena nabi saw menjawab "ayahmu di neraka" seolah-olah nabi hanya menghibur supaya yg bertanya hatinya lega.
Arti Ihtimal ini bukannya tidak berdasar, tapi secara 'aqly (logika) nabi menjawab dengan ulangan kata "ayahku dan ayahmu di neraka" itu hanya menetralisir saja.
Dalam redaksi hadist pertama isinya:
فلما قفى دعاه، فقال: إن أبي وأباك في النارِ
"Ketika orang tersebut hendak beranjak pergi, Rasulullah memanggilnya seraya berkata:
“ sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka “.
Insya allah kita paham dari maksud ulangan jawaban nabi ini.
Dalam redaksi hadist kedua isi:
فلما رأى ما في وجهه قال: إن أبي، وأباك في النار
"Ketika nabi melihat rawut wajahnya, nabi berkata:
“ sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka “ .
Jadi seolah-olah nabi iba dengan raut wajahnya yg sedih, karena jawaban nabi "ayahmu di neraka".
Sehingga saat nabi melihat rasa sedih dan kecewa di wajahnya, nabi saw menetralisir dengan jawaban yg kedua kali itu.
Ini tidak aneh atau mengada-ada, ini terjadi kemungkinan besar karena rasa sensitif nabi saw sangat tinggi atas perasa'an manusia. Tiada lain ini hanya satu buah dari buah-buah ahklaq mulya nabi saw.
Ihtimal kedua:
bahwa lafadz Ab (ayah) di situ bermakna ‘Amm (paman) dengan qarinah-qarinah yang ada.
Karena sudah maklum dan terkenal dalam bahasa Arab penama'an paman dengan ayah, Yaitu ayah yang mengasuhnya.
Maka ayah yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah ayah asuh Rasulullah Saw yang tidak lain adalah pamannya yaitu Abu Thalib.
Sebab Abu Thalib juga hidup saat Rasul Saw diangkat menjadi Rasul Saw (bukan ahli fatroh). dan beliau menolak permintaan Rasul Saw untuk bersyahadat.
Bahkan hal ini sudah masyhur di zaman Nabi Saw bahwa paman beliau saw (Abu Thalib) dipanggil Ab/ayah Nabi Saw oleh orang-orang quraiys.
Seperti Disebutkan dalam beberapa sirah Nabawiyyah :
كانوا يقولون له قل لإبنك يرجع عن شتم ألهتنا
وقال لهم أبو طالب مرة لما قالوا له أعطنا إبنك نقتله وخذ هذا الولد مكانه ,أعطيكم إبني تقتلونه وأخذ إبنكم أكفله لكم
Orang-orang kafir berkata kepada Abu Thalib:
" Katakan pada anakmu agar tidak lagi mencaci tuhan-tuhan kami".
dan Abu Thalib juga berkata pada mereka pada apa yang mereka katakan padanya: “Berikan anakmu pada kami agar kami membunuhnya dan ambillah anak ini sebagai gantinya"
Jawaban abu tholib: "aku akan berikan anakku untuk kalian bunuh dan aku mengambil anak kalian untuk aku pelihara". (Alfatawa alhadistiyah,Imam Ibnu Hajar Al-Haitami, sejarah nabawi).
Sudah maklum di kalangan mereka atas penamaan Abu Thalib disebut sebagai ayah Nabi Saw, karena ia telah mengasuh dan memelihara Nabi Saw.
Lantas Bagaimana dengan ayah nabi ibrohim? (Orang musyrik) Yg di sebutkan dalam alquran sebagai ayah nabi ibrohim as.
Sebagian mufassirin berkata dalam ayat:
(وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً ۖ إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ)
Dan (Ingatlah) di waktu Ibrahim Berkata kepada
bapaknya, Aazar, “Pantaskah kamu menjadikan
berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan?
Sesungguhnya Aku melihat kamu dan kaummu
dalam kesesatan yang nyata.”
(Q.S Al An`am :74).
Sebenarnya ayat di atas sudah di jelaskan dengan ayat di surah ali-imron, yg mana keluarga nabi ibrohim as adalah keluarga pilihan dari allah swt, seperti hal nya nabi muhammad saw, dan nabi-nabi yg lain.
Dalam nash alquran di tegaskan:
(إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَىٰ آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ).
"Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing) ".
[Surat Aal-E-Imran : 33].
Sudah jelas di ayat ini bahwa keluarga nabi ibrohim adalah keluarga yg suci dan pilihan.
Juga di tegaskan oleh para mufassirin Bahwa yang dmaksud abihi (ayahnya) Nabi Ibrahim yang bernama Aazar adalah pamannya bukan ayahnya.
Mari kita kaji kebenarannya :
- Imam Mujahid berkata :
ليس آزر أبا إبراهيم.
البداية والنهاية " (1/163)
“ Azar bukanlah ayah Nabi Ibrahim As “,
(Albidayah wannihayah 1/163).
atsar ini telah ditakhrij oleh Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Al-
Mundzir dan Ibnu Abi Hathim dengan sebagian
jalan yang shahih.
Lebih lengkapnya di: islamqa.info/ar/161823
- Ibnu Al-Mundzir telah mentakhrij dengan sanad
yang shahih dari Ibnu Juraij tentang firman Allah Swt :
(وإذ قال إبراهيم لأبيه آزر)
Maka beliau berkomentar :
ليس آزر بأبيه إنما هو إبراهيم بن تيرح او تارح بن شاروخ بن ناحور بن فالخ.
" الحاوي " (2/259)
“ Azar bukanlah ayah Nabi Ibrahim, sesungguhnya dia adalah Ibrahim bin Tirah atau Tarih bin Syarukh bin Nakhur bin Falikh “. (Alhawy 2/259).
- ibnu kastir menegaskan:
" جمهور أهل النسب - منهم ابن عباس - على أن اسم أبيه تارح ، وأهل الكتاب يقولون تارخ "
" البداية والنهاية " (1/163)
Mayoritas ulama ahli nasab, di antaranya adalah ibnu abbas ra, berpendapat bahwa nama ayah nabi ibrohim tarih, dan ahli kitab menyebutnya tarikh.
(Albidayah wannihayah 1/163).
- di tafsir bayanul-islam silsilahnya sampai ke nabi nuh as:
المعروف من نسب إبراهيم - عليه السلام - أنه: إبراهيم بن تارح بن ناحور بن سروج بن رعو بن فالج بن عابر بن شالح بن أفكشاذ بن سام بن نوح عليه السلام
(Langsung saja kitab onlinenya disini bayanelislam.net/Suspicion.aspx?id=01-02-0018 ).
- Dalam kitab tafsir durrul manstur di jelaskan:
وأخرج ابن أبي حاتم عن السدي قال : اسم أبيه تارح
(تفسير الدر المنثور).
Ibnu Abi Hatim mentakhrij dengan sanad yang
shahih dari As-Sadi bahwa beliau ditanya “ Ayah
Nabi Ibrahim itu Azar, maka beliau menjawab “
bukan tapi Tarih “. (Tafsir Durrul manstur, surah al-'an'am 137).
- Dari Muhammad bin Ka’ab Al-Quradzhi bahwasanya beliau berkata “ Terkadang paman dari jalur ayah atau jalur ibu disebut ayah“.
- Imam Fakhru Ar-Razi berkata :
إن آزر لم يكن والد إبراهيم بل كان عمه واحتجوا عليه بوجوه:
منها أن آباء الأنبياء ما كانوا كفارا ويدل عليه وجوه: منها قوله تعالى: الذي يراك حين تقوم وتقلبك في الساجدين : قيل معناه أنه. كان ينقل نوره من ساجد إلى ساجد وبهذا التقدير فالأية دالة على أن جميع أباء محمد صلعم كانوا مسلمين وحينئذ يجب القطع بأن والد إبراهيم ما كان من الكافرين إنما ذالك عمه
“ Sesungguhnya Aazar bukanlah ayah nabi Ibrahim As akan tetapi pamannya.
Ulama' berpendapat tentang ini (bukan ayah nabi ibrohim yg di maksud di ayat itu,tapi pamanya nabi ibrohim) dengan beberapa pendapat (dalil-dalil).
Di antaranya
Ulama juga berpendapat tentang (tidak kafirnya ayah asli nabi ibrohim) dengan beberapa dalil-dali hujjah.
Di antaranya firman allah:
الذي يراك حين تقوم,وتقلبك في الساجدين
"Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk
sembahyang), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud “.
(Q.S. As-Syu’ara’ : 218-219).
Maknanya adalah bahwa cahaya nabi ibrohim (bahasa kasar adalah benihnya) dari orang yg ahli sujud ke orang yg ahli sujud, maka ayat ini menunjukkan bahwa semua ayah-ayah nabi muhammad saw adalah orang muslimin, maka dari itu wajib memutuskan bahwa ayah nabi ibrohim as tidaklah kafir, yg kafir adalah pamannya.
( Al-Hawi lil Fatawy imam As-Suyuthi 2/254).
Kesimpulannya istilah kata AB (ayah) dalam alquran, ataupun hadist, kita tidak boleh di artikan secara harfiyah, karena istilah AB (ayah) itu terkadang di tujukan kepada kakek paman dan pengasuh dll.
Seperti ini penjabarannya:
وجاء إطلاق الأب على الجد في قوله تعالى: (أم كنتم شهداء إذ حضر يعقوب الموت إذ قال لبنيه ما تعبدون من بعدي قالوا نعبد إلهك وإله آبائك إبراهيم وإسماعيل وإسحاق) (2: 133) وفيه إطلاق الأب على الجد أيضا. وعن محمد بن كعب القرظي أنه قال: الخال والد والعم والد، وتلا هذه الآية
(تفسير المنار-الأنعام-73- صفحة -448).
Kata bapak juga di itlaq-kan ke kakek, seperti dalam ayat:
(أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَٰهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ) [سورة البقرة 133]
Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan (AYAH-AYAHMU) nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (QS 2:134).
Di ayat ini memutlaq-kan kata ab/ayah kepada jad/kakek.
Dan dari muhammad bin ka'ab alqurodzhy berkata: paman dari ibu juga di istilahkan ayah, paman dari bapak juga di istilahkan ayah. Sembari membaca ayat ini.
(Tafsir almanar.surah al-'an'am Hal 448 ms).
Juga dalam tafsir bahrul muhith:
فأما قوله تعالى: وإذ قال إبراهيم لأبيه آزر ، فلفظ الأب قد يطلق على العم، كما قالوا أبناء يعقوب له: نعبد إلهك وإله آبائك إبراهيم وإسماعيل وإسحاق ،. سموا إسماعيل أبا مع أنه كان عما له.
(البحر المحيط في التفسير-سورة الشعراء-[سورة الشعراء (26) : الآيات 105 إلى 227]- صفحة -199).
Adapaun firman allah:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً ۖ
"Dan (Ingatlah) di waktu Ibrahim Berkata kepada bapaknya, Aazar, “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan."
Maka lafadz ab/ayah terkadang di tujukan ke paman, sepertu perkata'an putra-putra nabi ya'qub as kepadanya:
نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ
"Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq". (QS 2:133).
Mereka putra-putra nabi ya'qub mengatakan nabi isma'il sebagai AB (ayah), padahal nabi isma'il paman baginya (putra nabi ya'qub).
(Bahtu muhith 9/199 ms).
Maka dengan qarinah-qarinah ini semakin jelas
bahwa yang dimaksud ayahku dalam hadits Muslim tersebut adalah ayah asuh Nabi Muhammad Saw yaitu paman beliau Saw Abu Thalib bukan ayah kandunganya Abdullah.
(HUJJAH KEDUA) : mereka memvonis orang tua Nabi Saw di neraka dengan berhujjah hadits berikut :
عن أبي هريرة، قال: زار رسول الله صلى الله عليه وسلم قبر أمه فبكى، وأبكى من كان حوله فقال: استأذنت ربي أن أستغفر لها، فلم يأذن لي، واستأذنته في أن أزور قبرها، فأذن لي، فزوروا القبور؛ فإنها تذكركم الموت
Dari Abi Hurairah, berkata : Nabi berziarah ke
kubur ibunda Beliau, kemudian Beliau menangis,
dan membuat mereka yang ada di sekelilingnya
menangis, maka Nabi bersabda “ Aku meminta izin pada tuhanku untuk memohonkan ampun bagi Ibuku akan tetapi tidak dikabulkan, dan aku
meminta idzin untuk menziarahinya kemudian aku diidzinkan, maka berziarahlah kalian karena dapat mengingatkan kalian akan kematian”
(HR Muslim).
PENGERTIAN HADIST.
Hadits tersebut bukan menunjukkan ibunda Nabi
Saw ahli neraka sama sekali. Karena hadits tersebut juga bertentangan dengan ayat-ayat fatrah di atas.
Dan tangisan beliau bukan menunjukkan ibundanya ahli neraka atau sebab Allah tidak mengidzinkannya untuk mengistighfarinya.
Tapi beliau menangis sebab ibunda beliau termasuk ahli fatrah yang tidak dibebankan kewajiban iman.
Sedangkan orang yang tidak dibebankan kewajiban iman tidaklah berdosa sehingga tidak berhak diistighfari. Sama halnya kita tidak mengistighfari benda-benda mati, binatang atau malaikat, sebab semuanya bukanlah mukallaf.
Dan istighfar bukan pada tempat yang disyare’atkan adalah ‘abatsun (maen-maen), sedangkan maen-maen dalam hal ibadah dilarang.
Bukti bahwa ibunda nabi Saw bukanlah orang
musyrik dan ahli neraka adalah Allah mengidzinkan Nabi Saw untuk menziarahinya. Sedangkan kita tahu bahwa Allah melarang kita berdiri di sisi kuburan orang-orang kafir.
Allah Swt berfirman :
(وَلَا تُصَلِّ عَلَىٰ أَحَدٍ مِنْهُمْ مَاتَ أَبَدًا وَلَا تَقُمْ عَلَىٰ قَبْرِهِ ۖ إِنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَاتُوا وَهُمْ فَاسِقُونَ)
[Surat At-Tawba : 84]
“ Dan janganlah kamu mensholati seorang
dari mereka yang wafat selama-lamanya, dan
janganlah kamu berdiri di sisi kuburnya.
Sesungguhnya mereka mengkufuri Allah dan
Rasul-Nya dan mereka mati dalam kedaan fasiq“.
Jika anda bertanya : Lalu bagaimana dengan
hadits-hadits berikut ini :
ليت شعري ما فعل أبواي فنزلت ولا تسأل عن أصحاب الجحيم
“ Aduhai, apa yang dilakukan kedua orangtuaku.?
lalu turunlah ayat “ Dan janganlah kamu menanyakan perihal dari penduduk neraka “.
Jawaban : Hadits itu dha’if bahkan tidak
disebutkan sama sekali dalam kitab-kitab yang
mu’tamad.
Hadits tersebut hanya disebutkan dalam sebagian kitab tafsir dengan sanad yang terputus yang tidak bisa dibuat hujjah.
Jika seandainya hadits-hadits wahiyah semisal itu boleh dibuat hujjah, maka aku akan tampilkan hadits semisal itu, juga yang menentangnya :
هبط جبريل علي فقال إن الله يقرئك السلام ويقول إني حرمت النار على صلب أنزلك وبطن حملك وحجر كفلك
(تفسير الثعلبي وعيره)
(وروى السيوطي أيضا في الرسائل العشرة: 84- 25)
“ Sesungguhnya Jibril turun kepadaku dan berkata:
“ Sesungguhnya Allah mengirim salam untukmu
dan berfirman “ Aku mengharamkan neraka atas
orang yang menurunkanmu dari sulbinya, orang
yang mengandungmu dan pangkuan orang yang
merawatmu “.
Hadist di atas ini, sangat banyak di tafsir-tafsir, bahkan juga di riwayatkan oleh imam suyuthi.
(Tafsir tsa'labi, 7/254. Ms ).
Jika anda bertanya : Lalu bagaimana dengan
hadits :
أنه استغفر لأمه فضرب جبريل في صدره وقال لا تستغفر لمن مات مشركا ,وحديث انه نزل فيها (ما كان للنبي والذين امنوا ان يستغفروا للمشركين)
“ Bahwasanya Rasul Saw beristighfar untuk
ibundanya, lalu jibril memukul dadanya dan berkata
“ Janganlah kamu beristighfar untuk orang yang
mati musyrik dan turun ayat : “ Tidaklah Nabi dan orang-orang yang beriman untuk mengistighfari orang-orang musyrik “.
Jawaban : Hadits tersebut juga dhai’if. Tidak bisa dibuat hujjah. Bahkan hadits yang shahihnya adalah ayat itu turun berkena'an Abu Thalib yg berkenaan dengan hadits ini:
لأستغفرن لك مالم أنه عنك
“ Aku akan beristighfar untukmu (wahai Abu
Thalib) Selama aku tidak dilarang “.
Jika anda bertanya : Dan bagaimana dengan hadits :
أنه قال لإبن مليكة أمكما في النار فشق عليهما فدعاهما فقال إن أمي مع أمكما
قلت لا والله فعثمان بن عمير ضعفه الدارقطني
“ Bahwasanya Rasul Saw berkata kepada kedua
anak Malikah “ Ibu kalian berdua ada di dalam
neraka. Lalu kedua anak itu merasa berat hatinya, maka Rasul Saw mendoakan keduanya kemudian bersabda “ Sesungguhnya ibuku bersama ibu kalian".
Jawaban : Hadits tersebut juga dha’if karena
diriwayatkan Utsman bin Umair dan tidak bisa
dibuat hujjah.
Imam Adz-Dzhabi berkata dalam kitab Mukhtashar Al-Mustadraknya :
قلت لا والله فعثمان بن عمير ضعفه الدارقطني
(مختصر الصواعق المرسلة)
“ Aku katakan ; “ Demi Allah, imam Daru Quthni
mendhaifkan Utsman bin Umair “
(Mukhtasor assowa'iq almursalah 945).
Imam Adz-Dzahabi sampai bersumpah mengatakan hadits tersebut dha’if.
Jika sudah jelas hadits-hadits tersebut dha’if,
maka tidak berguna hujjah-hujjah mereka menggunakan hadits-hadits tersebut di dalam aqidah.
ALLAH SWT TIDAK AKAN PERNAH SALAH DAN KESALAHAN ITU MUSTAHIL BAGI ALLAH, NABI MUHAMMAD SAW SUDAH ALLAH PILIHKAN TEMPAT RAHIM DAN SHULBI BAGI BERLABUHNYA CAHAYA/ROH NABI SAW, PILIHAN ITU JAUH SEBELUM AYAH NABI LAHIR.
Dari watsilah bin asqo', Nabi Saw berabda :
واثلة بن الأسقع، يقول: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: «إن الله اصطفى كنانة من ولد إسماعيل، واصطفى قريشا من كنانة، واصطفى من قريش بني هاشم، واصطفاني من بني هاشم»
صحيح مسلم و مسند أحمد و سنن الترمذي
“Sesungguhnya Allah Swt memilih Ismail dari
keturunan Ibrahim. Dan memilih Bani Kinanah dari keturunan Ismail. Dan memilih Quraisy dari Bani Kinanah. Dan memilih Bani Hasyim dari Bani Quraisy dan memilih aku dari Bani Hasyim “ (HR.Muslim).
Mungkinkah Allah Swt memilihkan Nabi saw dari
sulbi-sulbi dari orang-orang yang kotor, najis atau kafir ?? kata-kata memilih dalam hadits tersebut jelas menunjukkan pilihan keistimewaan (kesucian).
Begitu pula pemberian nama baginda nabi saw dengan nama MUHAMMAD nama yg sangat mulya, yg tercantum dalam kitab-kitab suci sebelumnya, yg di nanti-nanti ummat.
tidak asal-asalan melainkan suatu hal yg datang dalam mimpi (bisyarah dari allah) pada kakeknya abdul-muttholib, allah tidak akan memberi ru'yah as-solihah (ilham) pada orang yg yg musyrik, lebih-lebih dalam masalah nama seorang nabi yg sudah terkenal dan tercantum dalam kitab allah sebelumnya.
Allah hanya memberi mimpi yg solehah (ilham) kepada hamba-hamba pilihan.
Jikapun terpaksa kepada orang musyrik maka di pastikan iman kepada allah swt setelah datangnya petunjuk itu.
Seperti dalam riwayat imam muslim, nabi saw bersabda:
الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ
“Mimpi yang baik adalah bagian dari empat puluh enam kenabian.” (HR Muslim).
kisah mimipi kakek nabi saw dan sebuah suara yg datang pada ibu nabi saw.
Seperti yg di kutip oleh imam abul-qosim assuhaily (581 H) di dalam kitabnya, juga abu amar dari jalur ibnu abbas:
كَانَ عَبْدُ الْمُطّلِبِ قَدْ رَأَى فِي مَنَامِهِ كَأَنّ سِلْسِلَةً مِنْ فِضّةٍ خَرَجَتْ مِنْ ظَهْرِهِ لَهَا طَرَفٌ فِي السّمَاءِ وَطَرَفٌ فِي الْأَرْضِ وَطَرَفٌ فِي الْمَشْرِقِ وَطَرَفٌ فِي الْمَغْرِبِ ثُمّ عَادَتْ كَأَنّهَا شَجَرَةٌ عَلَى كُلّ وَرَقَةٍ مِنْهَا نُورٌ وَإِذَا أَهْلُ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ كَأَنّهُمْ يَتَعَلّقُونَ بِهَا ، فَقَصّهَا ، فَعُبّرَتْ لَهُ بِمَوْلُودِ يَكُونُ مِنْ صُلْبِهِ يَتْبَعُهُ أَهْلُ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَيَحْمَدُهُ أَهْلُ السّمَاءِ وَالْأَرْضِ فَلِذَلِكَ سَمّاهُ مُحَمّدًا مَعَ مَا حَدّثَتْهُ بِهِ أُمّهُ حِينَ قِيلَ لَهَا : إنّك حَمَلْت بِسَيّدِ هَذِهِ الْأُمّةِ فَإِذَا وَضَعْته فَسَمّيهِ مُحَمّدًا
(الروض الأنف. وروى أبو عمر وأبو القاسم بن عساكر من طرق عن ابن عباس)
Abdul Muttholib melihat dalam mimpinya seakan-akan ada sebuah rantai yang terbuat dari perak keluar dari punggungnya.
Rantai itu salah satu ujungnya berada di langit, ujung yang lain berada di bumi. Ujung yang lain berada d timur,ujung lain berada di barat.
Kemudian rantai itu kembali seakan-akan dia berubah menjadi pohon, yang mana setiap daunnya ada cahayanya.
Tiba-tiba penduduk timur dan barat bergantungan padanya.
Lalu Abdul Muttholib menceritakan mimipi itu maka di tafsirkan akan ada bayi yang akan keluar dari keturunannya yang akan di ikuti penduduk timur dan barat dan akan dipuji penduduk langit dan bumi.
Karena itulah dia menamai cucunya Muhammad.
Hal ini menguatkan apa yang telah diceritakan ibu Rasulullah saw ketika mengandungnya, yakni saat ada suara: Sesungguhnya engkau mengandung pemimpin umat ini.
Jika engkau telah melahirkannya namailah Muhammad.
(Ar-Roudh Al-Unuf vol.1, hlm 276, dan fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=38609 )
Jadi sangat Pantas nabi saw marah jika leluhurnya di hina atau di lecehkan, karena allah swt lah yg telah memilihnya dan menjadikannya sangat istimewa.
Laranga dan marahnya nabi saw pada orang yg lancang pada ayah-ayah nabi:
Imam Ath-Thobari menyebutkan hadits berikut yang telah ditakhrij oleh Abu Ali bin Syadzan dan juga terdapat dalam Musnad Al-Bazzar dari Ibu Abbas Ra, beliau berkata:
عن ابن عباس قال: دخل ناس من قريش على صفية بنت عبد المطلب فجعلوا يتفاخرون ويذكرون الجاهلية، فقالت صفية: منا رسول الله صلى الله عليه وسلم، فقالوا: تنبت النخلة أو الشجرة في الأرض الكبا.
فذكرت ذلك صفية لرسول الله صلى الله عليه وسلم، فغضب وأمر بلالا فنادى في الناس، فقام على المنبر فقال: "أيها الناس، من أنا؟ ".
قالوا: أنت رسول الله.
قال: "انسبوني".
قالوا: محمد بن عبد الله بن عبد المطلب.
قال: "أجل، أنا محمد بن عبد الله، وأنا رسول الله، فما بال أقوام يبتذلون أصلي؟! فو الله إني لأفضلهم أصلا وخيرهم موضعا.
(بغية الرائد في تحقيق مجمع الزوائد - باب علامات النبوة ج8 ص399)
(سبل الهدى والرشاد ج5 ص276.) (3دلائل النبوة ج1 ص151.).
“ Beberapa orang dari Quraisy datang kepada Shofiyyah binti Abdil Muththalib, lalu mereka saling membangga-banggakan diri dan menyebutkan perihal jahiliyyah.
Maka Shofiyyah berkata: “ Dari kalangan kami ada lahir Rasulullah Saw ".
lalu mereka menjawab:
“ Kurma atau pohon tumbuh di tempat kotor ".
Kemudian Shofiyyah mengadukan hal itu kepada Rasulullah Saw, maka Rasulullah Saw marah dan memerintahkan Bilal berseru (memanggil) pada orang-orang untuk berkumpul.
Lalu Rasulullah Saw berdiri di atas mimbar dan bersabda:
“ Wahai manusia, siapakah aku ?
mereka menjawab:
“ Engkau adalah utusan Allah."
Kemudian Rasulullah bersabda lagi
“ Sebutkanlah nasabku !. "
Mereka menjawab:
“Muhammad bin Abdullah bin Abdil Muththalib “,
maka Rasulullah Saw bersabda:
“benar saya muhammad bin abdillah dan saya utusan allah swt, Ada apa satu kaum merendahkan leluhurku, maka demi Allah sesungguhnya diriku se-utama-utamanya leluhur (nenek moyang) dan sebaik-baik tempat (kelahiran) “.
( shamela.ws/browse.php/book-10552/page-123 ).
Sungguh beliau sangat marah saat ada orang merendahkan ayah dan asal usulnya beliau.
Hingga beliau mengumpulkan orang-orang demi menegaskan kepada mereka sampai bersumpah atas nama Allah, bahwa turunan leluhur beliau adalah sebaik-baik turunan dan sebaik-baik tempat dilahirkan.
Lalu bagaimana jika beliau mendengar dari umatnya yang mengatakan bahkan memvonis bahwa kedua orangtua Rasulullah Saw masuk neraka ??.
Insya allah kalau mereka tetap lancang dan tidak bertobat, mereka tidak akan dapat syafa'at rosulullah saw,
Dan mungkin aqidah dan tujuan mereka di dalam islam patut di pertanyakan..
Apakah mereka benar-benar islam atau bahkan jadi benalu bagi ummat islam.?
Ingat ada tujuan di tubuh islam ini, yg seakan-akan murni ajarannya dari alquran dan hadist, padahal mereka ingin memusnahkan karomah (soft power) di dalam islam dan ummat islam sehingga mudah di permainkan musuh-musuh islam. Na'udzubillah... Selamatkan kami dari mereka dan aqidah merka ya robb. Amin.
Link-link penyebar paham keliru mengenai ayah dan ibu nabi saw.
abiubaidah.com/sesatkah-aqidah-bahwa-orangtua-nabi-muhammad-adalah-kafir.html/
Kata-kata dangkal dari situs ini: " ditambah dengan alasan cinta kepada Nabi, padahal mereka tahu bahwa surga dan neraka bukanlah diukur dengan nasab dan kehormatan, namun dengan iman dan amal shalih."
Jawaban saya: Semua orang tau hal itu, tp dia tidak merasa bodoh sekali saat melupakan bahwa tak ada seoarang nabipun yg terlahir dari turunan dia atau turunan abal-abal lainnya.
https://aslibumiayu.wordpress.com/2013/01/02/banyak-yang-tidak-percaya-bahwa-kedua-orangtua-rasulullah-ada-di-neraka-karena-mati-diatas-kekafiran/
Kata-kata dangkal di situs ini: "ayah nabi saw yg gak menjumpai nabi, di samakan dengan istrinya nabi luth yg semasa/hidup bareng bersama dengan nabi luth as".
Mungkin dia tidak tahu istilah FATROH. Perlu lagi belajar banyak tentang fatroh.
Allahu a'lam.
Semog bermanfa'at . amin
Komentar
Posting Komentar